Renungan Minggu, 25 Mei 2025 – Paskah 6
Pada Minggu ini kita merayaan Minggu Paskah ke-6, Minggu yang membuat kita merenungkan kembali anugerah yang sudah Kristus berikan bagi kita. Anugerah Kristus itu beragam, namun kita dapat berfokus pada karya penebusan-Nya dan janji-Nya tentang kehadiran Roh Kudus.
Perenungan tentang anugerah pemberian Allah dalam kehidupan umat beriman tak jarang mendatangkan ketegangan. Ada yang merasa bahwa setelah beroleh anugerah penebusan, maka seluruh hidup umat Tuhan hanya tentang apa yang dapat diperbuat oleh manusia.
Orang kemudian menjadi sibuk berusaha melakukan yang benar. Namun ada pula yang berpendapat bahwa setelah menerima anugerah penebusan, segala yang dapat diperbuat manusia itu adalah anugerah dari Tuhan termasuk hidup dalam ketaatan pada kebenaran firman Tuhan.
Kuntadi Sumadikarya pernah mengutip tulisan Bonhoeffer untuk menjelaskan ketegangan antara anugerah dan perbuatan manusia, demikian, Luther mengajarkan bahwa manusia tak dapat berdiri di hadapan Allah, betapa pun religius karyanya dan jalannya, karena pada dasarnya manusia senantiasa mencari keinginannya sendiri.
Di kedalaman kegundahannya, Luther menangkap dengan iman, pengampunan atas semua dosanya dengan cuma-cuma dan tak bersyarat. Pengalaman itu mengajarinya bahwa anugerah ini menuntut seluruh hidupnya dan terus menuntut harga yang sama hari demi hari.
Jauh dari meninggalkan kemuridan, anugerah ini justru membuat ia makin mendalam memuridkan diri. Jika ia bicara tentang anugerah, Luther selalu menyiratkan dampaknya bahwa hal itu menuntut kehidupannya, kehidupan yang kini untuk pertama kalinya ditundukan kepada ketaatan mutlak bagi Kristus.
Hanya dengan cara itu ia dapat bicara tentang anugerah. Luther pernah mengatakan bahwa anugerah saja yang menyelamatkan, para pengikutnya mengambil doktrinnya dan mengulangi kata demi kata. Namun mereka meninggalkan dampak pastinya, yakni kewajiban kemuridan.
Dengan kejernihan dalam pikirannya, Bonhoeffer menekankan prinsip untuk memandang segala sesuatu melalui mata dan pikiran Kristus. Panggilan Kristus harus diikuti dengan ketaatan, ketaatan dalam ibadah bahkan ketaatan dalam kematian! (Kuntadi Sumadikarya, Khotbah Kristosentris, 2025, h.19-20)
Penjelasan ini begitu gamblang memberi kita tuntunan bahwa penebusan Kristus adalah anugerah bagi kita umat yang percaya pada-Nya. Bacaan leksionari hari ini juga membantu kita untuk merenungkan bahwa setiap anugerah Allah itu terjadi dalam sebuah relasi kasih.
Oleh karena anugerah itu diberikan dalam relasi kasih, hal ini membuat umat Tuhan terus mau menjaga diri hidup dalam anugerah-Nya. Dengan kata lain, setiap perbuatan kita merespon anugerah-Nya juga merupakan tindakan kasih kita kepada Dia yang senantiasa mengasihi kita lebih dulu. Maka ketaatan pada Kristus sejatinya adalah ketaatan yang didasari oleh kasih yang diberikan Allah.
Kalau hari ini masih banak orang beriman yang gamang dan tegang menjalani hidupnya, sangat mungkin hal itu dikarenakan ia mendasari hidupnya oleh karena takut. Ia takut tka diterima Tuhan maka ia beri badan. Ia takut tak mendapat tempat di sisi Tuhan maka ia melayani. Ia takut, takut dan takut.
Bagaimana dengan kita? Ketaatan kita hari ini didasari oleh kasih atau ketakutan? Bila masih karena tetakutan pasti terasa menegangkan. Maka, marilah kembali merenung bacaan kita hari ini, agar Roh Kudus kembali menuntun kita menyadari bahwa ketaatan dapat terjadi karena seseorang telah merasakan kasih Allah. Kasih sebagai pemberiaan Allah itu yang kemudian menggerakkan kita untuk hidup dalam ketaatan sebagai pemberian diri kita pada Allah. (Dian Penuntun Edisi 39).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 15:1-3
- NKB 131:1-2
- PKJ 198:1-3
- Mazmur 67
- PKJ 4:1-2
- KJ 425: 1-3
Alasan ketaatan? Sebagai respon kasih karuniaNya, Paulus peka terhadap panggilan Tuhan, Lidia dibukakan hatinya, mendengar firman, punya hati terbuka! Peka! Terus bersaksi menjadi berkat kepada bangsa bangsa sebagai sarana kesaksian sebagai karakter di hadapan Allah hidup dalam sukacita dekat dengan Tuhan oleh wujud kasih Roh Kudus mengalami kasih Bapa, Putra, dan Roh Kudus.